Kamis, 05 Desember 2019

Akhir Labuhan

Aigoo..! Sudah berkelabang kah blog ini? 😄
Lama tak disentuh dan dibuai, entah bagaimana bisa Ku melewati itu smua tanpa rasa bersalah. Anw, tidak semuanyaa yaa harus dijelaskan. Tidak pula dengan kata-kata indah kali ini. Tidak.
Aku akan mulai, bahwa aku telah menikah di Umur 28th. Aku dinikahinya? Kenapa? Siapa? Dan Bagaimana? Hahaha.. tentu blog ini aku buat untuk membahas itu, lagipula ini melegakan 😁. Oke nama dia (yang kini menjadi suamiku) I Gede Bina, SH. Seorang pengacara yang bisa aku handalkan untuk menjaga perasaanku. Yaa, aku rasa tidak butuh yang selebihnya atau sekurangnya dan sudah aku yakini sejak pertama kali dia mengajakku mengobrol. Aku mengenalnya, ini agak sulit aku jelaskan. Karna secara formal kita saling mengenal lebih dari 10th, tetapi terasa baru setahun lalu aku mengenalnya lebih, yaa. Setelah banyak hal yang mungkin dia lalui ( kalo aku sih pasti banyak 😅) kita sedikit nyambung soal politik, begitulah cara suamiku memulai percakapan ini, hehe. Tentu sangat tidak romantis yaa! Tetapi dia seorang 35th saat itu, aku pun 27th. Gombalan apa yang kau harapkan? Lalu, dengan cepat obrolan kami sampai dengan mencari pasangan, ya tentu lah. Apa pula yang diobrolkan oleh kedua lawan jenis yang menua ini sepanjang dan sedetail itu tanpa tujuan? Tetapi tidak itu, tentu tidak secepat itu seharusnya. Yang menjadikan itu lebih cepat dan mudah adalah selain keintens-an kita dalam mengabari, ada pihak yang mendukung dia. Bukan hanya orang, namun keadaan dan keluarga. Wah! Lengkap ya? Tapi tidak semudah itu bukan menaklukan pemikiran si jomblo 1,5th ini? Yang paling membuat aku merasa dia baik adalah.. dia tidak pernah menjadi baik. Ya. Dia apa adanya. Tanpa harapan berlebih, tanpa janji yang melampaui batasan, kehormatan yang cukup terlatih, yang paling membuat aku memikirkannya setiap langkah adalah; keputusan prinsip yang dia buat itu bisa sejalan dengan prinsip yang sudah aku jalani selama ini. Ya! Pernikahan itu membutuhkan prinsip yang konsisten bukan? 
Kemudian, aku menilainya secara finansial. Maaf, aku bukan wanita bodoh. Tetapi aku rasa dia bisa, yaa bekerja sama dan mengerti peran seorang istri itu tidak semua laki-laki memahaminya, ayolah! Akui saja. Itu penting, bukan? Tidak perlu aku membahas ini panjang lebar ya, ini keputusanku dalam menilai calon suami, jika menurut kalian ini tidak penting, terserah! Bukan urusanku 😃
Dan, sampai detik ini masih aku nilai dan jalani, membuktikan cintanya kepadaku. Hey itu pembuktian yang panjang, tak bisa kau nilai dengan setahun atau dua tahun. Aku akan menilainya seumur hidupku. Begitupun dia, tentu boleh. Akan sangat baik jika dia begitu juga, karna kita akan saling menjaga, bukan? Haha, tentu aku mencintainya. Meskipun tidak semabuk anak SMA pada umumnya. Tapi kalau dia mulai cuek, aku akan kesal dan mengambek. Sampai dia menciumku! Aku pastikan itu. 
Itu hanya perkenalan sekejap. Kekeluargaan kita yang semakin menyatu dengan pernikahan ini membuat semua semakin lancar dan penuh doa dari orang tua dan harapan besar dari anak muda dibawah kami. Sungguh aku merasakannya. Meskipun sulit akan menjaga, namun ingatlah, kejujuran adalah hal yang utama. Sejauh apapun itu, waktu pun tak mengingkari kejujuran. Apalagi suamiku anak pertama dari empat bersaudara, yaa tentunya dia akan menjadi contoh untuk segala keputusannya. Keputusanku juga pastinya akan sama. 
Yang tak kalah pentingnya dalam hidupku adalah ketika Aku tidak pernah menduga dan berfikir bahwa aku akan secepat ini hamil anak pertama kami. Ini jauh dari prediksi dan keinginanku saat dulu. Sebabnya? Dulu aku belum menemukan yang begini dalamnya menilai hubungan. Terimakasih untuk perasaan ini. Hadiah Tuhan inipun telah aku nanti hingga hari ini, kebetulan besok adalah hari prediksi lahirnya, maka dari itu aku menyempatkan bercerita dan menulis semua ini. Jika tidak? Oh tentu aku sibuk dengan kehamilanku dan berpelukan dengan suamiku, haha. Ketahuilah itu sangat indah. Sangat nyaman dan hangat. Tidak akan kau dapatkan hanya dengan hubungan pacaran. Tentulah banyak hal yang takkan sama, apalagi hanya pacaran. Sedari dulu memang aku tak pernah menspesialkan hubungan pacaran, karna semua akan sama. Sama sama jadi mantan. Haha, sungguh receh. Tetapi, pacaran adalah pelajaran. Jadi, bagaimana kau menghargai hubungan sesuai batasannya, kau akan pahami apa yang perlu dan tidak. Batasanmu sampai mana, dan bagaimana km membatasi diri adalah bagaimana engkau menghargai diri dan pasanganmu. Ya, kira kira begitu yang aku pelajari dari mama dan suamiku. Sehingga aku percayakan hidupku untuknya. 
Semogalah Anak Pertamaku nanti, dia terlahir sehat walafiat dan sempurna. Harapanku terhadapnya adalah menjadi contoh yang bijaksana untuk adik-adiknya hingga sepupunya kelak. Dengan segala ilmu baik yang mengalir dalam setiap keputusannya akan membuat dia semakin dewasa. Sehingga dia bisa menjadi pundak dalam keluarga kecil kami. Atau menjadi orang yang bermanfaat bagi banyak orang. Meskipun terkadang hidup ini tidak adil, pahamilah bahwa ketidak adilan itulah keadilan. Maka, semangatlah. Hidup ini perjuangan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thx guys :)